Pengembangbiakan pohon JENITRI (Elaeocarpus ganitrus) mulai dilakukan dengan cara stek. Dengan cara ini, petani diuntungkan karena pohon Jenitri bisa berbuah dengan hanya waktu 1 tahun dengan biji yang dihasilkan kecil-kecil.
Bagi petani Jenitri, panen dengan biji kecil justru menggembirakan. Memang tidak tidak begitu lazim karena biasanya orang menanam buag yang dihasilkan akan besar-besar. Panen Perdana satu pohon ganitri/jenitri (Elaeocarpus ganitrus) menghasilkan Rp 250.000,- s/d Rp 1.300.000,-. Itu belum termasuk panen susulan. Tinggi rendahnya pendapatan itu lantaran ukuran biji yang tak seragam dari setiap pohon. Padahal, biji Jenitri, dihargai berdasarkan ukuran. Semakin kecil ukuran biji, kian tinggi harganya.
Satu pohon belum tentu ada yang berukuran kecil. Biji Jinitri dikelompokan dalam 11 nomor. Nomor 1 (berdiameter 5 mm) adalah yang terkecil dan termahal. Nomor berikutnya setiap kenaikan 0,5 mm. Kelas 1-9 di hargai perbutir, Nomor 10-11 dihargai perkilogram.
Sejak pamornya naik, harga tak pernah turun, bahkan terus naik. Pada 1960 harga sebiji kelas 1 Ro 0,5. Harga perkilo biji kelas 11 (berdiameter 9,5) mencapai Rp 11.000,-.
Kelihatannya murah, tapi bila diakumulasikan bisa mencapai jutaan rupiah per-pohon. Dari sebuah pohon, biji yang termasuk kelas 1-9 tak sampai 20%. Pada panen ketika umur 4 tahun, produksi mencapai 350.000 butir. Pekebun bisa memanen buah pada September- Februari.
Pada awalnya, bibit Jenitri harganya cukup mahal, paling murah Rp 100.000,-. Tetapi sekarang, bibit dengan cara stek, sudah bisa dihasilkan. Harganya lebih murah, berkisar Rp 40.000,- hingga Rp 70.000,- per-bibit.
Informasi dan Pemesanan bibit dapat menghubungi kami di : Kasijo : 081804173180
daerah mana ni boss,saya tertarik budidaya janitri
BalasHapus